Peresean Meriah di Gerung Lombok Barat: Warisan Budaya yang Dilestarikan

Tradisi Peresean di Gerung Utara, Ajang Regenerasi Pepadu Sasak

LOMBOK BARAT – Seni budaya Peresean, sebuah tradisi adu ketangkasan Suku Sasak yang kental dengan nilai-nilai sportifitas, kembali digelar di Lombok Barat. Bertempat di lapangan Mareje, Lingkungan Montong Sari, Kelurahan Gerung Utara, Kecamatan Gerung, Paguyuban Sekar Kedaton Gerung sukses menyelenggarakan sebuah acara Peresean akbar. Acara yang mengusung tema “Bilet, Gemok, Pecok, Laguq Tetep Bekapongan” ini tidak hanya menjadi tontonan menarik bagi masyarakat, namun juga menjadi wadah penting untuk melestarikan budaya dan mencari bibit pepadu (petarung) berbakat.

Tradisi Berbalut Sportivitas yang Digelar dengan Meriah

Gelaran Peresean yang dilangsungkan pada Senin, 22 September 2025, pukul 16.30 Wita ini, dihadiri oleh sejumlah tokoh penting. Hadir di lokasi, Lurah Gerung Utara, Riyanto Harjo Ilyas, S.STP, yang juga bertindak sebagai panitia, bersama Ketua Paguyuban Sekar Kedaton Gerung, Lalu Zulyadi, serta panitia penyelenggara dan ribuan warga yang antusias menyaksikan setiap jalannya pertandingan. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa seni budaya Peresean masih memiliki tempat di hati masyarakat modern.

Pertandingan Peresean dipimpin oleh tiga orang pekembar (wasit) yang ahli di bidangnya, terdiri dari satu pekembar tengah dan dua pekembar pinggir. Para pepadu (peserta) yang bertanding menunjukkan kemampuannya menggunakan rotan sepanjang kurang lebih satu meter dan Ende (tameng) yang terbuat dari kulit sapi, yang menjadi ciri khas dari seni budaya ini. Setiap pepadu juga dilengkapi dengan kain ikat pinggang, menambah kesan tradisional yang kuat.

Mekanisme Pertandingan yang Menjunjung Tinggi Fairness

Teknis pertandingan yang diterapkan sangat menjunjung tinggi prinsip sportivitas dan kejujuran. Para pepadu yang berlaga adalah mereka yang ditunjuk langsung oleh pekembar dan telah menyepakati aturan pertandingan. “Peserta yang bertanding adalah pepadu dari masyarakat yang hadir dan bersedia untuk berlaga setelah ditunjuk oleh pekembar. Penunjukan ini telah disepakati oleh kedua belah pihak, menjamin pertandingan yang adil dan tanpa paksaan,” ujar salah satu panitia penyelenggara.

Setiap pertandingan berlangsung dalam tiga ronde, dengan durasi kurang lebih tiga menit per ronde. Meskipun adu ketangkasan ini terbilang keras, seluruh pepadu menunjukkan sikap yang menjunjung tinggi sportivitas, mencerminkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya Sasak.

Peran Penting Peresean dalam Regenerasi Budaya Lokal

Lebih dari sekadar tontonan, Peresean yang diselenggarakan Paguyuban Sekar Kedaton Gerung memiliki tujuan mulia. Kegiatan ini berupaya melestarikan budaya Sasak agar tidak tergerus oleh zaman. Selain itu, Peresean ini juga menjadi ajang penting untuk mencari dan mengkaderisasi bibit-bibit pepadu baru yang berada di bawah naungan paguyuban. “Ini adalah upaya kami untuk memastikan bahwa seni budaya Peresean tetap hidup dan terus berkembang. Kami ingin mengidentifikasi para generasi muda yang memiliki bakat dan minat di bidang ini untuk kemudian kami bina dan arahkan,” kata Lalu Zulyadi, Ketua Paguyuban Sekar Kedaton Gerung.

Pengamanan Ketat Menjamin Kelancaran Acara

Kapolsek Gerung, Polres Lombok Barat, Iptu I Gusti Agung Bayu Damana, memimpin langsung pengamanan dan monitoring jalannya acara. Kehadiran personel kepolisian dari Polsek Gerung sangat krusial dalam menjaga keamanan dan ketertiban. “Kami menerjunkan sejumlah personel untuk mengamankan dan memantau jalannya kegiatan Peresean ini,” tutur Kapolsek Gerung.

Kapolsek menambahkan, “Penyelenggara sudah berkoordinasi dengan baik. Kami pastikan kegiatan ini berjalan aman, lancar, dan kondusif. Hingga acara berakhir, tidak ada insiden yang mengganggu jalannya pertandingan. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara panitia dan aparat keamanan berjalan efektif.”

Kegiatan Peresean hari kedua ini berakhir dengan aman dan lancar pada pukul 18.00 Wita. Berkat kerja sama semua pihak, acara ini tidak hanya sukses dalam melestarikan budaya, tetapi juga memberikan hiburan yang aman dan positif bagi seluruh masyarakat yang hadir.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *